KEGIATAN SCHOOL OF TEACHERS

INTERNAL SMPS ISLAM AT TAUBAH

JADWAL PELAKSANAAN SCHOOL OF TEACHERS

Jadwal Mata Pelajaran + Kombel.pdf

DASHBOARD KEGIATAN SCHOOL OF TEACHERS

ALBUM KEGIATAN INTERNAL GURU SCHOOL OF TEACHERS

SILAHKAN KETUK PHOTONYA UNTUK MELIHAT AKTIVITAS KEGIATAN KOMUNITAS SECARA LENGKAP

Pada awal tahun ajaran baru, banyak guru di sekolah yang mengalami kesulitan dalam memahami proses pengisian Rencana Capaian Kinerja di Platform Merdeka Mengajar (PMM). Sebagai platform baru yang diterapkan secara nasional, beberapa guru belum familiar dengan langkah-langkah teknis pengisian, serta kesulitan dalam merancang capaian pembelajaran yang terukur dan berfokus pada kebutuhan siswa.

Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memberikan pendampingan dan pembekalan kepada seluruh guru agar mereka dapat memahami dan mengisi Rencana Capaian Kinerja di PMM dengan benar dan efektif. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa semua guru mampu merencanakan pembelajaran berbasis capaian siswa dan mengoptimalkan penggunaan platform ini.

Kepala sekolah mengadakan sesi pembekalan khusus dengan memberikan pengarahan umum tentang pentingnya PMM dalam mendukung konsep Merdeka Belajar. Dalam sesi ini, kepala sekolah juga memfasilitasi pelatihan langsung tentang cara pengisian Rencana Capaian Kinerja, memberikan contoh praktis, serta membuka diskusi untuk menjawab pertanyaan guru terkait aspek teknis dan strategi pengajaran. Guru-guru didorong untuk menganalisis kebutuhan siswa mereka dan merencanakan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai.

Setelah pembekalan, guru-guru mampu mengisi Rencana Capaian Kinerja di PMM dengan lebih percaya diri dan efektif. Mereka dapat merancang strategi pembelajaran yang lebih fokus pada capaian siswa, sekaligus lebih terampil dalam menggunakan PMM. Hal ini membantu meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah, serta mendorong kolaborasi antara guru dalam mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.


Selama masa pandemi, pembelajaran harus beralih ke daring, namun banyak guru di sekolah yang kesulitan menyusun dan menyampaikan materi secara digital. Pembelajaran menjadi kurang efektif karena modul-modul ajar yang digunakan belum sepenuhnya disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran daring, dan kurang mendukung interaktivitas antara guru dan siswa.

Kepala sekolah berinisiatif untuk mendorong guru-guru membuat modul ajar digital yang lebih interaktif dan mudah diakses menggunakan Google Workspace. Tujuan dari pembuatan modul ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran daring dengan memanfaatkan berbagai fitur dalam Google Workspace, seperti Google Docs, Google Slides, Google Classroom, dan lainnya.

Kepala sekolah mengadakan serangkaian pelatihan untuk guru-guru tentang cara menggunakan Google Workspace dalam pembuatan modul ajar digital. Selama pelatihan, guru diajarkan cara menyusun modul yang menarik, menyisipkan media interaktif seperti video dan kuis, serta memanfaatkan Google Classroom untuk mendistribusikan dan mengelola modul secara efektif. Guru-guru juga diajarkan cara berkolaborasi menggunakan Google Docs dan Slides dalam penyusunan modul yang berbasis tim.

Setelah pelatihan, guru-guru berhasil membuat modul ajar digital yang lebih interaktif, mudah diakses, dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran daring. Modul-modul tersebut didistribusikan melalui Google Classroom, yang memungkinkan guru untuk mengelola tugas, memberikan umpan balik secara langsung, serta memantau progres siswa. Hasilnya, pembelajaran menjadi lebih dinamis dan partisipasi siswa meningkat, karena mereka lebih tertarik dengan materi yang interaktif dan dapat diakses kapan saja. Ini juga meningkatkan kolaborasi antar guru dalam pengembangan materi pembelajaran.


Di sekolah kami, penggunaan teknologi dalam pembelajaran menjadi semakin penting, terutama setelah transisi ke pembelajaran digital selama pandemi. Namun, masih banyak guru yang belum memiliki pemahaman mendalam tentang pemanfaatan fitur-fitur Google Workspace for Education secara maksimal. Untuk mengatasi hal ini, sekolah berinisiatif mengadakan Bootcamp Google Certified Educator Level 1 (GCE L1) untuk membekali guru-guru dengan keterampilan teknologi yang diperlukan.

Sebagai kepala sekolah, saya bertugas untuk merancang dan melaksanakan program Bootcamp GCE L1 di sekolah. Tujuannya adalah agar guru-guru mampu menggunakan berbagai alat Google Workspace, seperti Google Classroom, Google Docs, dan Google Forms, secara efektif untuk mendukung pembelajaran digital. Selain itu, bootcamp ini juga mempersiapkan guru untuk mengikuti sertifikasi GCE L1 sebagai pengakuan resmi atas kompetensi mereka.

Saya bekerja sama dengan fasilitator berlisensi untuk menyelenggarakan bootcamp selama tiga hari. Bootcamp ini terdiri dari pelatihan intensif yang mencakup sesi praktik menggunakan Google Workspace, studi kasus pembelajaran, dan simulasi ujian GCE L1. Setiap guru dilibatkan dalam tugas-tugas interaktif yang relevan dengan skenario kelas nyata, seperti membuat kelas virtual di Google Classroom, merancang tugas berbasis kolaborasi di Google Docs, dan mengelola penilaian menggunakan Google Sheets. Saya juga menyediakan dukungan tambahan melalui sesi tanya jawab dan pelatihan lanjutan bagi guru yang memerlukan bantuan lebih lanjut.

Setelah pelaksanaan bootcamp, guru-guru berhasil meningkatkan keterampilan mereka dalam menggunakan Google Workspace dan merasakan manfaatnya dalam pembelajaran digital. Sebanyak 7   peserta bootcamp berhasil lulus ujian sertifikasi GCE L1, yang menunjukkan bahwa mereka telah menguasai penggunaan alat teknologi tersebut. Selain itu, pembelajaran di kelas menjadi lebih interaktif dan terorganisir, karena guru-guru kini lebih percaya diri memanfaatkan teknologi untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Program ini tidak hanya meningkatkan kompetensi guru, tetapi juga memperkuat kualitas pembelajaran digital di sekolah.


Di sekolah kami, terdapat beberapa kasus perilaku siswa yang kurang sesuai dengan nilai-nilai positif sekolah, seperti tidak mematuhi aturan atau kurang menghargai teman. Hal ini menimbulkan gangguan dalam proses belajar-mengajar. Sebagai kepala sekolah, saya melihat perlunya pendekatan yang lebih efektif dalam menangani perilaku siswa dan membangun budaya positif di lingkungan sekolah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, tugas saya adalah menerapkan Segitiga Restitusi, sebuah pendekatan berbasis pengembangan karakter yang fokus pada pemulihan dan tanggung jawab pribadi siswa. Tujuannya adalah untuk membantu siswa menyadari kesalahan mereka, memperbaiki perilaku, dan mengembangkan sikap positif secara mandiri, sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih kondusif dan mendukung pembelajaran.

Saya mengadakan pelatihan bagi guru tentang penerapan Segitiga Restitusi, yang terdiri dari tiga langkah: (1) mengenali kebutuhan di balik perilaku siswa, (2) membantu siswa memulihkan hubungan yang terganggu, dan (3) mendorong mereka untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka. Dalam setiap kasus perilaku negatif, guru diberikan panduan untuk tidak langsung menghukum siswa, tetapi mengajak mereka berdialog untuk memahami alasan di balik perilaku tersebut. Siswa didorong untuk mengidentifikasi solusi yang dapat memperbaiki situasi, serta menegaskan komitmen mereka untuk berperilaku lebih baik di masa depan.

Penerapan Segitiga Restitusi telah membawa perubahan positif dalam lingkungan sekolah. Siswa mulai lebih memahami tanggung jawab mereka atas tindakan yang dilakukan, dan hubungan antara siswa, guru, serta teman sebaya menjadi lebih baik. Kasus pelanggaran disiplin berkurang, dan suasana belajar di kelas menjadi lebih positif. Guru-guru juga merasa lebih terbantu dengan pendekatan ini, karena tidak hanya menghukum, tetapi juga membantu siswa tumbuh secara emosional dan sosial. Pendekatan ini berhasil menciptakan budaya yang lebih harmonis dan menghargai nilai-nilai kebersamaan serta tanggung jawab di sekolah.

ALBUM KEGIATAN INTERNAL GURU-PESERTA DIDIK SMP ISLAM AT TAUBAH

SILAHKAN KETUK PHOTONYA UNTUK MELIHAT AKTIVITAS KEGIATAN KOMUNITAS SECARA LENGKAP

Selama pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas, terdapat beberapa kendala yang menghambat efektivitas proses belajar. Beberapa siswa terlihat kurang terlibat secara aktif dalam pembelajaran, dan hasil evaluasi menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika belum merata di seluruh siswa. Sebagai kepala sekolah, saya memutuskan untuk melakukan observasi pembelajaran matematika guna mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran dan memberikan umpan balik untuk perbaikan.

Tugas saya adalah melakukan observasi di kelas matematika untuk menilai efektivitas metode pengajaran, interaksi antara guru dan siswa, serta strategi yang digunakan untuk meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tantangan yang dihadapi, serta memberikan rekomendasi kepada guru terkait peningkatan kualitas pembelajaran.

Saya hadir di kelas matematika sebagai pengamat, mencatat teknik pengajaran yang digunakan, seperti penggunaan metode ceramah, diskusi kelompok, dan pemberian soal latihan. Saya juga memperhatikan bagaimana siswa merespons materi yang disampaikan, apakah mereka terlibat aktif dalam diskusi, serta bagaimana guru memberikan umpan balik dan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Setelah observasi, saya mengadakan pertemuan dengan guru untuk membahas temuan-temuan saya. Saya memberikan umpan balik positif terkait upaya guru dalam memberikan penjelasan konsep yang rumit, serta memberikan saran untuk meningkatkan penggunaan metode yang lebih interaktif dan kontekstual, seperti penggunaan alat bantu visual atau pendekatan berbasis masalah. 

Setelah observasi dan pertemuan tersebut, guru matematika mulai menerapkan metode pengajaran yang lebih beragam dan interaktif, seperti penggunaan media visual dan soal-soal kontekstual yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Hasilnya, siswa menjadi lebih tertarik dan aktif dalam pembelajaran, dan pemahaman mereka terhadap konsep-konsep matematika meningkat. Evaluasi selanjutnya menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas, serta keterlibatan siswa yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran. Observasi ini berhasil membantu guru meningkatkan strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, serta menciptakan suasana belajar yang lebih dinamis dan efektif.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran mata pelajaran Science, saya sebagai kepala sekolah melakukan observasi kelas untuk melihat secara langsung bagaimana pembelajaran Science berlangsung. Hasil ujian sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa siswa masih kesulitan memahami konsep-konsep dasar, sehingga diperlukan evaluasi terhadap metode pengajaran yang digunakan guru.

Tugas saya adalah melakukan observasi untuk menilai efektivitas pembelajaran di kelas, dengan fokus pada interaksi antara guru dan siswa, penggunaan metode dan media pembelajaran, serta seberapa jauh siswa memahami materi yang disampaikan. Tujuan observasi ini adalah untuk memberikan masukan yang konstruktif kepada guru, serta membantu meningkatkan kualitas pengajaran Science di sekolah.

Saya melakukan observasi langsung di kelas Science dengan memperhatikan beberapa aspek penting, seperti penyampaian konsep ilmiah, penggunaan alat peraga atau teknologi, serta keterlibatan siswa dalam diskusi dan eksperimen. Setelah sesi pembelajaran selesai, saya berdiskusi dengan guru mengenai temuan-temuan selama observasi. Dalam diskusi ini, saya memberikan umpan balik, menyoroti kekuatan yang sudah diterapkan oleh guru, seperti penggunaan media visual, serta menawarkan saran peningkatan, seperti memvariasikan pendekatan pembelajaran agar lebih interaktif dan berpusat pada siswa.

Hasil dari observasi dan umpan balik yang diberikan menghasilkan perbaikan dalam pengajaran Science. Guru mulai mengimplementasikan metode pembelajaran yang lebih interaktif, seperti pembelajaran berbasis eksperimen dan diskusi kelompok. Siswa menjadi lebih aktif dalam proses belajar, terlihat dari peningkatan partisipasi dan keterlibatan mereka selama pelajaran. Sebagai hasil jangka panjang, pemahaman siswa terhadap konsep-konsep Science meningkat, yang ditunjukkan oleh peningkatan hasil ujian dan minat yang lebih besar terhadap pelajaran Science di sekolah.

Sebagai kepala sekolah, saya menerima beberapa laporan dari siswa dan guru terkait adanya tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas, terutama terkait dengan metode pengajaran yang kurang interaktif. Hal ini berdampak pada rendahnya partisipasi siswa dalam diskusi dan kegiatan pembelajaran. Saya memutuskan untuk melakukan observasi langsung di kelas untuk mengidentifikasi masalah dan memberikan umpan balik yang konstruktif.

Tugas saya adalah melakukan observasi pembelajaran Bahasa Indonesia, menganalisis strategi pengajaran yang digunakan oleh guru, dan menilai sejauh mana metode tersebut efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa. Tujuan utama dari observasi ini adalah memberikan masukan yang dapat membantu guru meningkatkan kualitas pengajaran, serta memastikan bahwa pembelajaran lebih berpusat pada siswa dan mendorong interaksi yang lebih baik.

Saya melakukan observasi selama jam pelajaran Bahasa Indonesia di beberapa kelas. Selama observasi, saya fokus pada metode penyampaian materi, penggunaan media pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa, serta partisipasi siswa dalam kegiatan belajar. Setelah observasi, saya mengadakan diskusi dengan guru untuk membahas temuan-temuan saya. Saya memberikan umpan balik positif tentang hal-hal yang berjalan baik, seperti penggunaan teks sastra yang relevan, dan memberikan saran untuk perbaikan, seperti mendorong lebih banyak diskusi kelompok dan penggunaan media visual yang lebih bervariasi. Saya juga merekomendasikan penggunaan teknik pembelajaran aktif, seperti debat dan presentasi, untuk meningkatkan keterlibatan siswa.

Setelah observasi dan diskusi, guru Bahasa Indonesia mulai menerapkan saran-saran tersebut, seperti memperkenalkan diskusi kelompok dan memanfaatkan lebih banyak media visual dalam pengajaran. Hasilnya, keterlibatan siswa meningkat signifikan; mereka lebih aktif dalam berdiskusi dan berpartisipasi dalam kegiatan kelas. Guru juga merasa lebih percaya diri menggunakan metode yang lebih interaktif. Observasi ini membantu menciptakan suasana pembelajaran yang lebih dinamis dan partisipatif, serta meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.

Setiap awal tahun ajaran, sekolah menerima peserta didik baru yang akan memulai perjalanan pendidikan mereka di era digital. Banyak siswa belum terbiasa menggunakan perangkat belajar digital seperti laptop atau tablet, yang merupakan alat penting untuk mendukung pembelajaran di sekolah. Untuk mengatasi hal ini, sekolah menyelenggarakan Learning Camp sebagai bagian dari orientasi peserta didik baru, dengan fokus pada pembekalan keterampilan penggunaan alat belajar digital.

Sebagai kepala sekolah, saya bertanggung jawab untuk merancang dan melaksanakan kegiatan Learning Camp yang bertujuan membekali peserta didik baru dengan keterampilan dasar dalam penggunaan perangkat digital, seperti laptop atau tablet. Tujuan utamanya adalah memastikan siswa memiliki pemahaman yang baik tentang cara mengoperasikan perangkat tersebut untuk keperluan belajar, mengakses materi pembelajaran, dan menggunakan aplikasi penting yang akan mereka butuhkan di kelas.

Saya mengatur Learning Camp selama dua hari, yang mencakup sesi pelatihan praktis menggunakan laptop atau tablet. Dalam kegiatan ini, siswa diajarkan cara mengoperasikan perangkat mereka, termasuk menyalakan, menghubungkan ke internet, dan menggunakan aplikasi belajar seperti Google Classroom, Docs, dan Slides. Tim IT dan guru-guru pendamping membantu siswa dalam setiap langkah, memastikan bahwa setiap peserta didik bisa mengikuti pelatihan dengan baik. Selain itu, ada sesi interaktif di mana siswa berlatih mengerjakan tugas digital dan mengunggahnya ke platform pembelajaran sekolah. Saya juga mengadakan simulasi kelas daring agar siswa siap mengikuti pembelajaran digital.

Setelah Learning Camp selesai, peserta didik baru merasa lebih percaya diri dalam menggunakan laptop atau tablet mereka untuk keperluan belajar. Mereka telah terbiasa mengakses materi secara daring, mengerjakan tugas digital, dan berkomunikasi dengan guru melalui platform pembelajaran. Keterampilan dasar dalam penggunaan perangkat belajar ini membantu siswa beradaptasi lebih cepat dengan metode pembelajaran di sekolah, sehingga pembelajaran di awal tahun ajaran berlangsung lebih lancar dan efektif.